Posted by WINNER SITORUS,BDA in
Management
Ya, kenapa banyak orang lain jauh lebih sukses dibanding kita? Atau,
kenapa sebagian orang bisa merengkuh sejumput kesuksesan, sementara
sebagian yang lain tergelincir dalam stagnasi – getting nowhere in their entire life. Lalu, apa sebenarnya rahasia untuk meraih kesuksesan hidup?
Itulah serangkaian pertanyaan yang coba dijawab dalam sebuah buku yang amat indah, bertajuk : Outliers : The Story of Succes karangan Malcolm Gladwell. Gladwell telah membius publik dunia melalui dua buku sebelumnya, berjudul Tipping Point (yang merubah cara kita memahami dunia) dan Blink (yang
telah merubah the way we think about thinking). Dua buku ini sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sama seperti dua buku
sebelumnya, dalam bukunya yang ketiga ini Gladwell menyuguhkan
kejeniusannya dalam merangkai cerita : setiap paragraf dalam bukunya
selalu dirajut dengan penuh keindahan, menghanyutkan, dan semuanya
dibalut dalam kerenyahan yang menggiurkan. Bagi saya, membaca buku-buku
Gladwell selalu merupakan sebuah wisata intelektual yang menggetarkan,
dan rasanya sungguh mak nyus.
Jadi,
apa rahasia sebenarnya untuk meraih kesuksesan? Dalam banyak buku
populer, kesuksesan acap dipahami sebagai sebuah produk dari kejeniusan
seseorang, mentalitas atau mindset yang positif, motivasi kerja yang
kuat, dan serangkaian karakter positif lainnya. Demikianlah, kita lalu
menempatkan kisah sukses Bill Gates misalnya, dalam konteks semacam
itu. Kita memandangnya sebagai tokoh visioner yang jenius dan brilian,
dan melalui kerja keras serta talentanya ia bisa membangun kesuksesan
yang luar biasa. Dengan kata lain, kesuksesan acap dibaca sebagai hasil
dari kehebatan yang bersifat individual.
Gladwell menjelaskan narasi kesuksesan semacam itu hanyalah ilusi.
Benar, elemen-elemen tentang kerja keras dan talenta memegang peran,
namun kesuksesan sesorang ternyata jauh lebih banyak ditentukan oleh
serangkaian keberuntungan, lingkungan dimana kita bekerja, dari mana
kita berasal, dan juga kultur hidup yang membesarkan kita. ”Success….is
grounded in a web of advantages and inheritances, some deserved, some
not, some earned, some just plain lucky,” demikian Gladwell menuliskan
salah satu kesimpulannya.
Kisah kesuksesan semacam itu mungkin secara dramatis bisa kita baca
dari kisah berikut ini. Alkisah, terdapat dua sarjana yang sama-sama
brilian dan lulus dari sebuah perguruan tinggi ternama di tanah air.
Keduanya merupakan sahabat, dan keduanya memiliki prestasi yang
mengagumkan, baik dalam aspek akademis ataupun aspek ekstra kurikuler
(keduanya aktif dalam organisasi kampus dan dua-duanya dikenal memiliki
talenta kepemimpinan yang sangat baik).
Ketika lulus, satu orang diterima bekerja di sebuah perusahaan yang
relatif baru, dinamis, dan berada dalam industri yang tengah berkembang
pesat. Satunya lagi memilih bekerja di sebuah perusahaan yang amat
besar dengan usaha yang mendekati monopoli, kultur kerja yang
birokratis, dan penuh kemapanan. Begitulah, sepuluh tahun kemudian
mereka bertemu kembali, dan betapa bedanya nasib mereka. Kawan kita
yang bekerja di perusahaan dinamis itu telah tumbuh menjadi top
eksekutif yang sukses dan diburu para headhunter; sementara kawan kita
satunya lagi stuck on the middle of nowhere.
Apakah kesuksesan itu karena kawan kita yang satu lebih hebat, lebih
positif mindsetnya, lebih termotivasi dibanding satunya lagi? Tidak.
Kawan kita yang satu berhasil karena ia bekerja pada lingkungan yang benar;
dan kantornya telah memberikan serangkaian “kesempatan” dan
“keberuntungan” (misal perusahaannya beruntung di-akuisisi oleh
perusahaan asing sehingga ia berkesempatan melakukan banyak penugasan
kerja di luar negeri; juga ia beruntung karena industri dimana
perusahaannya berkiprah tumbuh pesat sehingga dengan cepat tersedia
banyak posisi kosong ; dan ia beruntung perusahaan itu masih muda,
sehingga ia bisa cepat melesat naik posisinya).
Sementara kawan kita satunya lagi “stuck” lantaran ia berada pada
habitat yang salah. Kantor tempatnya bekerja penuh dengan politicking,
tidak peduli dengan pengembangan SDM, dan penuh dengan birokrasi yang
mematikan. Talentanya layu sebelum sempat tumbuh; dan kesuksesan karir
tak pernah bisa ia raih.
Esensi dari kisah diatas sama dengan apa yang dinarasikan dalam buku
Gladwell ini. Sukses ternyata memang lebih banyak ditentukan oleh
dinamika lingkungan dimana kita berkiprah dan berkarya.
Pertanyaanya sekarang adalah : apakah habitat atau lingkungan tempat
Anda berkarya saat ini merupakan lingkungan yang tepat? Sebuah
lingkungan yang bisa menyodorkan “keajaiban”, “luck”, dan serangkaian
“berkah terselubung” dalam perjalanan hidup Anda? Atau sebaliknya,
sebuah tempat dimana kesuksesan senantiasa merupakan sebuah impian
kosong; bak buih fatamorgana yang selalu lenyap setiap kali kita hendak
mendekatinya?
2 Response to Mengapa Orang Lain Lebih Sukses Dibanding Saya?
menarik juga,
memotivasi kita untuk tetap semangat
nice posting
karena mereka pernah mengalami kegagalan dan segera bangkit untuk meraih destiny mereka
Posting Komentar