Posted by WINNER SITORUS,BDA in
Management
5
komentar
Dalam himpitan krisis global yang kian mencekam, terdengar kabar
pahit yang mesti terus kita telan. Baru saja Citibank mengabarkan akan
mem-PHK 50,000 karyawannya di seluruh dunia (termasuk di Indonesia
tentunya). Sementara dalam skala domestik, kita mendengar ratusan
perusahaan siap mem-PHK puluhan ribu karyawannya, lantaran order dari
luar negeri mendadak mampet.
Oke, kantor tempat Anda bekerja sekarang mungkin masih adem ayem
saja. Namun, siapa bisa menebak bahwa perusahaan tempat Anda bekerja
bisa terus stabil (apalagi jika kelak memang rupiah akhirnya menembus
angka 20,000 – doh !!). Karena itu, bayangkanlah skenario ini :
mendadak sampeyan dipanggil bos, dan dia bilang kalau bulan depan
sampeyan ndak usah masuk lagi ke kantor, lantaran pemilik perusahaan
memilih menutup usahanya. Kalau sampai sampeyan dipecat, lalu anak
istri mau makan apa? Makan nasi aking?
Mungkin benar kata sebagian orang, menjadi pekerja kantoran
sejatinya sama beresikonya dengan melakukan wirausaha. Memang karyawan
kantor bisa menerima gaji tetap yang stabil setiap bulan – namun jika
mendadak Anda dipecat…..itu artinya sama dengan kehidupan finansial
Anda sekonyong-konyong bangkrut dalam sekejap. Jadi strategi apa yang
kira-kira kudu dipersiapkan untuk mengantisipasi datangnya PHK? Disini
mungkin ada dua pilihan strategi yang bisa kita bincangkan.
Strategi yang pertama adalah ini : lakukanlah self-assessment untuk mencoba melihat seberapa kokoh portofolio kompetensi atau kualifikasi Anda.
Apakah pengalaman kerja yang sudah Anda peroleh selama 2, 5 atau 7
tahun itu telah benar-benar memberikan profil kompetensi yang solid dan
“marketable”. (Atau jangan-jangan, pengalaman kerja Anda selama ini
benar-benar tidak punya makna apapun terhadap personal development diri
Anda….wah cilaka 12 kalau begitu). Lalu, apakah portofolio kompetensi
dan skills Anda itu juga mudah untuk “dijual” di perusahaan lain, atau
bahkan industri lain.
Cara yang paling mudah untuk mengetes pertanyaan itu adalah begini:
coba bayangkan hari ini Anda dipecat; lalu apakah Anda merasa yakin
dalam waktu paling lama 3 bulan, Anda sudah bisa memperoleh pekerjaan
seperti semula? Jika tidak yakin, berarti mungkin profil skills dan
kualifikasi Anda masih cukup rentan. Kalau demikian, segeralah
bertindak melakukan serangkaian aksi untuk memekarkan keahlian dan
ketrampilan Anda. Cara paling mudah adalah melalui pekerjaan Anda saat
ini. Bersikaplah proaktif; dan jika mungkin mintalah tambahan tugas
baru – yang memungkinkan Anda untuk terus mengembangkan ketrampilan
baru. Bersikap pula aktif untuk terlibat dalam projek-projek yang ada
di kantor – sebab siapa tahu, dari rangkaian tugas dan projek itu, Anda
bisa punya kesempatan bagus buat mengasah kompetensi Anda. Dan itu
artinya, Anda bisa terus mengembangkan portofolio pengalaman serta
“nilai jual” Anda di tengah pasar tenaga kerja yang kian kompetitif.
“Nilai jual” yang bagus ini tentu saja akan sangat bermanfaat jika
kelak Anda memang kejeblok kena PHK.
Strategi yang kedua mengambil pendekatan yang agak berbeda. Strategi kedua ini bertajuk begini : mumpung masih menjadi pekerja kantoran dan belum keburu di-PHK, start doing your own business right NOW. Ya, dengan masih menjadi karyawan, ada kemungkinan Anda masih bisa sedikit menyisakan tabungan (apalagi kalau gaji Anda 16 juta per bulan.).
Dari uang tabungan ini, Anda tentu bisa bergerak untuk memulai sebuah
bisnis secara mandiri. Tentu saja Anda mesti mencari jenis usaha yang
tidak menuntut Anda untuk terjun langsung full time. Bisa juga Anda
memanfaatkan atau mempekerjakan orang lain untuk menjalankan usaha Anda
ini (sementara Anda bisa bertindak sebagai semacam “arranger”). Atau
bisa juga Anda memanfaatkan istri untuk dijadikan business partner (why
not?).
Start small, but do act NOW. Cantumkan target dalam dua tahun
pertama, usaha mandiri itu bisa mendatangkan income setidaknya 50 %
dari gaji pokok Anda sekarang. Dan kemudian, dalam waktu tiga atau
empat tahun, bentangkan sasaran untuk memperoleh profit yang jumlahnya
100% sama dengan gaji Anda saat itu. Nah, kalau sudah begini, Anda bisa
kemudian memilih : apakah tetap bekerja sambil berbisnis, atau resign
untuk sepenuhnya mengelola your own business. Wah asyik juga ya
kedengarannya…….
Demikianlah dua strategi ringkas yang mungkin bisa kita singgahi
manakala kita berpikir untuk merespon ancaman PHK. Apapun pilihan Anda,
ada satu kalimat yang mungkin layak dicengkram erat-erat dalam sekujur
tubuh kita. Kalimat itu berbunyi begini : You, and ONLY YOU, who create your own future and destiny. Ya, nasib kita memang bukan ada di tangan orang lain, atau pemilik perusahaan, atau top manajemen, atau pejabat pemerintah. Nasib kita ada di tangan kita sendiri, sodara-sodara………